Rena datang ke desa neneknya
seorang diri dengan menggunakan bus antar kota yang ditumpanginya. Sayangnya
setibanya di halte, malam itu hujan deras mengguyur pedesanan yang terletak
dipinggir kota tersebut. Ditengah guyuran hujan, ia mencari alamat rumah
neneknya. Maklum saja, sudah lama ia tak mengunjungi neneknya dan keadaan desa
banyak mengalami perubahan.
Dulu, nenek Rena pernah
mengatakan bahwa di desa itu ada sebuah mitos yang berkembang di masyarakat
bahwa pendatang atau penduduk baru dilarang keras untuk keluar malam ketika
hujan turun diatas jam 12. Rena ingat betul pesan yang disampaikan neneknya itu
dan ia baru tersadar setelah melihat jam water
resist yang melingkar di tangannya dan menunjukkan pukul 1 pagi.
Tiba-tiba ada suara langkah kaki yang
mengikuti Rena. Rena pun panik tapi Ia mencoba untuk tetap tenang sambil
berlari kecil dan menatap kertas alamat rumah neneknya yang sudah basah. Rena
tiba di pertigaan sebuah jalan dan ia menatap kaca sebuah toko yang memantulkan
sesosok bayangan pria memakai jubah hitam serta kupluknya dan membawa tongkat yang mengikutinya dari kejauhan.
“ Grim Reaper!!! Mitos itu benar” Gumam Rena pelan.
Rena pun panik dan lari
terbirit-birit dan tergopoh-gopoh karena memikul tas ransel yang berat di
punggungnya. Sayangnya, ia tiba di jalan buntu.
“ Tuhan, perjalanan
hidupku masih panjang, jangan sampai berakhir disini” Rena merintih
Rena mengambil sebilah
kayu di sudut jalan itu dan memberanikan
diri untuk keluar dari gang buntu yang dijadikan tempat persembunyiannya
itu.
“BRUGGG!!!” Rena
memukul kepala Grim Reaper itu dan
beranjak pergi
“Kau! Rena?” Tanya sang
Grim Reaper sambil jatuh tersungkur
ke tanah.
“Dia tahu namaku?Dia benar-benar
Grim Reaper! Tapi.. Ahsudahlah” Rena keheranan sambil mentap kaki sang Grim Reaper yang menapak di tanah
Saat di tengah
perjalanan, Rena bertemu sesosok wanita tua berpayung ungu. Tena ykin bahwa
wanita itu adalah orang baik lalu menghampirinya
“Rena?” Tanya wanita
itu
“Kau?Nenek? Aaaa aku
rindu padamu nek” Ternyata benar itu adalah nenek Rena. Rena yang basah kuyup
memeluknya erat.
“Ih! Bajumu basah,
badanmu bau! Lagipula kenapa kamu panik begitu?” Tanya nenek heran
“ Nanti aku ceritakan.
Daerah ini memang seram. Mitos yang nenek ceritakan padaku adalah nyata!”
jelas
Rena pada neneknya sambil memperhatikan sekeliling desa yang mencekam.
“Omong kosong apa yang
kau bicarakan? Sudah ayo pulang, aku tahu kau kedinginan” Bentak nenek sambil menjewer kuping cucunya.
Sesampainya di rumah,
nenek memberikan teh hangat pada Rena lalu memasak air panas untuk keperluan
mandi untuk Rena.Sambil menunggu air panasnya matang, Nenek menghapiri Rena
yang duduk di ruang tamu.
“Kenapa wajahmu
ketakutan seperti itu? Hah!” Tanya nenek
“Mitos tentang daerah
ini yang pernah nenek ceritakan ternyata nyata! Benar terjadi!” jelas Rena
“Mitos? Mitos apa? Yang
mana?” Tanya nenek semakin heran
“Kau pernah bilang
bahwa pendatang atau penduduk baru dilarang keras untuk keluar malam ketika
hujan turun diatas jam 12” Jelas Rena.
“Dasar anak bodoh! Itu
hanya akal-akalanku saja. Karena, waktu kecil kau senang sekali bermain
hujan-hujanan” Jelas nenek
“Tapi tadi aku bertemu
dengan Grim Reaper, nek!” Jawab Rena ngotot.
“Grim Reaper?” nenek
heran
“Iya! Dia memakai jubah
hitam panjang serta kupluknya dan
membawa sebilah tongkat setinggi pinggangnya” Jelas Rena.
“Ariel!” Nenek teringat
akan seseorang
“Maksudnya?”
“Dia Ariel! Pemuda yang
nenek suruh untuk menjemputmu di halte! Anak ini.. kau benar-benar...” belum
sempat nenek menjewer kuping cucunya, Rena beranjak pergi dan meraih payung
yang ada di teras rumah.
“Tenang! Aku akan
menjemputnya!”
“Yaaaa!!! Hati-hati” sahut
nenek
Hujan masih mengguyur
desa itu. Sesampainya di gang buntu, Rena langsung melempar payungnya dan
menghampiri Ariel dan mendapati ariel yang tersungkur di tanah menggunakan jas
hujan berwarna hitam dan payung hitam besar.
“Grim Reaper! Bangunlah
! maafkan aku!” Rena menyadarkan Ariel yang yang tergeletak tak
berdaya di
jalan dengan menepuk-nepuk pipinya.
“Kumohon bangunlah!
Jika kau hidup, aku akan memenuhi permintaanmu!” Pinta Rena
“Benarkah?” Ariel
langsung terperanjat bangun dan duduk.
“Ya!! Kau berpura-pura
pingsan?” tanya Rena geram
“Pingsanku pura-pura
tapi sakitnya sungguhan, bodoh! Kau berhutang padaku” Amuk Ariel pada rena.
Tanpa menghiraukan
Ariel, Rena pun langsung berdiri dan mengulurkan tangannya.
“Ayo bangun!” ajak Rena
Tanpa berpikir panjang,
Ariel meraih tangan Rena. Namun karena keadaan Ariel yang lemah, Rena tak kuat
menahan badan Ariel hingga akhirnya Rena yang jatuh tersungkur. Kepalanya
hampir mengenai jalan namun beruntung, dengan sigap Ariel mengulurkan lengannya
agar menjadi bantalan untuk kepala Rena agar tak terbentur.
“Kau berhutang lagi!”
ejek Ariel pada Rena
“Ah ayo pulang! Kita
kompres lukamu di rumah nenek” Rena langsung berdiri disusul Ariel yang
jalannya tertatih. Ariel segera mengambil payung hitam dan memungut payung ungu
yang dilempar Rena disisi jalan.
Rena dan Ariel kini
berada dalam satu payung, dan Ariel yang memegangi payungnya. Dengan keadaan
seperti itu, jelas saja Ariel merasa gugup. Dia menghindar dari Rena sehingga Rena
kebasahan dan mendekati Ariel dan payungnya. Lalu Ariel menghindar lagi dan
Rena mendekatinya lagi, begitu terus yang mereka lakukan, awalnya Rena geram
namun akhirnya mereka berdua tertawa cekikikan. Hingga akhirnya Rena meraih
payung hitam di tangan Ariel yang tak terpakai. Kini mereka memegan payungnya
masing masih. Rena menggunakan payung hitam dan Ariel menggunakan payung ungu
yag dipungutnya di sisi jalan lalu mereka berjalan berdua menuju rumah nenek.
Sesampainya di rumah,
nenek membantu Ariel untuk masuk dan membaringkannya di sofa ruang tamu. Nenek
meminta Rena untuk mengambilkan air hangat dan kotak P3K untuk mengobati luka
Ariel sementara Nenek mengambil selimut di kamarnya di lantai atas. Terlihat
jelas bahwa Nenek sangat menyayangi Ariel dan khawatir dengan apa yang terjadi
pada Ariel.
Tiba-tiba Ariel merasa
ingin buang air kecil dan segera ke toilet. Setelah keluar dari toilet, Ariel
mendapati Rena sedang mengambil kotak P3K yang terletak di lemari parabotan
dapur bagian atas. Entah mengapa Nenek menaruhnya disitu. Rena nampak kesulitan
untuk meraihnya, kakinya sampai jinjit-jinjit karena kotak P3K itu letaknya
begitu tinggi.
Saat Rena
melompat-lompat dan berusaha untuk mengambil kotak itu. Tiba-tiba dari belakang
ada sebuah tangan lewat disamping wajah Rena untuk mengambil kotak P3K dan
membuat Rena terkejut hingga Ia berteriak dan membalikkan tubuhnya.
“Aaaaa!!” Rena terkejut
Kini wajah Rena dan
wajah Ariel saling berhadapan. Situasi itu membuat Ariel semakin canggung, Ia
tak pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya. Untuk sekejap mereka
saling bertatap muka dan tanpa disadari tangan Ariel masih menyentuh bagian
atas lemari parabot dapur. Sehingga kelihatannya Ariel sedang mengunci Rena.
Nenek yang baru turun
dari tangga menyadari hal itu. Mereka berdua pun menyadari kehadiran nenek.
“Ini tidak seperti yang
kau bayangkan,nek!” Tutur Ariel yang mencoba membuat nenek percaya.
“Memangnya apa yang
sedang kupikirkan?” Nenek nampak tidak curiga sama sekali
“Kau seharusnya
berbaring dulu di kursi, Ariel. Ah ya! Rena, lebih baik kau mandi sekarang. Air
panasmu sudah matang dan sudah kupersiapkan dari tadi. Aku yang akan mengobati
Ariel. Setelah itu Ariel yang mandi ” Perintah Nenek.
Rena segera pergi
mandi. Disamping kiri kamar mandi ternyata ada sebuah kamar yang pintunya
terbuka sedikit. Rena melihat keadaan sekelilingnya dan mencoba masuk dalam
kamar.
“Ini kamar pria! Apa si
Grim Reaper itu tinggal bersama nenek?” Gerutu Rena dalam hati lalu Ia segera
pergi mandi.
Rena menyadari bahwa di
dalam kamar mandi itu ada shower air panas, namun tidak berfungsi. Hal ini
membuat Rena merasa sedikit kecewa.
Setelah selesai mandi,
Rena bertanya pada neneknya. Kamar mana yang harus Ia tempati. Nenek menunjuk
ke sebuah kamar disebelah kanan kamar mandi.
“Itu kan kamar nenek!
Lalu yang itu kamar siapa?” Gerutu Rena kesal sambil menunjuk kamar yang
disamping kiri kamar mandi
“Ssstt.. itu kamarnya”
Ucap nenek sambil menaruh telunjuknya di bibir yang mengisyaratkan agar Rena
memperkecil volume suaranya karena Ariel yang tertidur
“Lalu nenek akan tidur
dimana?”
“Di kamar atas.
Tempatnya lebih luas. Nenek tinggal sebentar yah, nenek akan memasak air panas
dan membuat bubur hangat. Titip Ariel”
Rena duduk di sofa
kecil sebelah Ariel. Rena merasa cemburu karena neneknya lebih peduli pada
Ariel yang bukan siapa-siapa ketimbang dirinya, cucunya sendiri. Ia menggerutu
kesal
“Kau siapasih
sebenarnya?” Gerutu Rena pelan
“Grim Reaper-mu”
Ternyata Ariel terbangun.
“Hua!!!” Rena melempar
bantal sofa pada Ariel.
“Kau sudah menyakitiku
berulang kali, dan kau melakukannya lagi. Aku akan menuntutmu” Hardik Ariel
pada Rena.
“Aku cuma bercanda!”
“Rasa sakit ini tak
sebercanda itu!!. Ouucchhh!! Lenganku sakit sekali!!! Oucchh!!” Ariel menyindir
Rena dengan memegang lengannya yang kesakitan akibat menjadi bantalan kepala
Rena.
Sssyyyuuuutt..!!! Rena
duduk dibawa sofa Ariel dan meraih tangan Ariel untuk memijitnya secara
perlahan dari mulai selangka,belikat,bahu, lengan atas, siku, lengan bawah,
pergelangan tangan, punggung tangan, telapak tangan dan jari-jari tangan. Hingga
akhirnya tangan mereka berdua bertautan satu sama lain. Rena menyadari ada luka
dibagian telapak tangan Ariel dan segera membalutnya dengan perban. Wajar saja,
dulunya Rena mengikuti ekstrakulikuler sejenis PMR saat ia SMP. Ariel yang
tertidur membuka matanya sedikit dan menyadari Rena sedang merawat tangannya.
Nenek yang sudah selesai memasak bubur menyuruh mereka untuk makan dan tidak
mengizinkan Ariel untuk mandi karena cuacanya terlalu dingin dan Ia menyarankan
agar Ariel ganti baju dulu. Setelah mereka makan bersama di meja makan yang
selesai pukul 4 pagi nenek menyarankan mereka agar tidur dahulu agar energi
mereka bangkit kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar