Ariel dan Rena tertidur
pulas. Sementara neneknya bersiap-siap untuk pergi ke kebun sayuran miliknya
untuk memanen beberapa sayuran yang sudah matang dan dijadikan asinan. Nenek
Rena adalah pemilik kebun sayuran serta beberapa ladang sekaligus pemilik industri
rumahan asinan yang mempekerjakan warga-warga di desanya.
Waktu menunjukan pukul
7 dan cuaca sangat mendung. Maklum akhir tahun merupakan musim liburan
sekaligus musim penghujan sehingga suhu di desa itupun sangat dingin. Rena
terbangun karena mendengar suara berisik yang berasal dari luar jendelanya.
Suara itu adalah suara pegawai-pegawai nenek yang sedang mengolah
sayuran-sayuran serta buah-buahan untuk dijadikan asinan. Industri rumahan
kecil-kecilan tersebut terletak di sebelah rumah nenek.
Rena beranjak bangun
dari kasurnya dan segera mandi. Ia mendapati bahwa tak ada sesorang pun di
rumahnya karena Ariel dan nenek sudah berada di home industry milik nenek. Rena segera keluar rumah dan ingin
membantu pekerjaan nenek. Namun Ia tak tahu apa yang harus Ia bantu.
Melihat Rena yang
kebingungan, Ariel menarik tangan Rena dan mengarahkan sebilah pisau tajam
tepat di depan wajah Rena.
“Aaaa !! Kau lagi! Kau
memang menyeramkan seperti Grim Reaper” Amuk Rena sambil memukul dada Ariel
“Bantu kami cepat! Sini!
Kau duduk disini lalu potong sawi ini lalu berikan pada bibi yang disebelah
sana” Perintah Ariel
Bukannya memotong sawi
dengan baik, Rena malah mencacah-cacah kubisnya. Melihat hal itu sontak saja
membuat Ariel marah.
“Ya!! Bukan seperti itu
caranya! Kau akan merugikan kami!” Ariel membungkukan badannya dan melingkarkan
lengannya di samping tubuh Rena lalu mengajarkan cara memotong sawi yang benar.
Melihat hal itu, kali
ini Rena yang merasa gugup. Iya hanya tercengang bengong diam tak berkutik. Ia
merasa bodoh namun pipinya sedikit memerah. Dia langsung menyadari hal itu.
“Yayaya!! Sekarang aku
mengerti. Kau bisa menyerahkan semuanya padaku. Aku.. akan membuatmu
percaya,Grim Reaper!” Tutur Rena menyudahi situasi itu sambil mengepalkan
tangannya tanda Ia bersemangat.
Ariel meninggalkan Rena
dengan menyunggingkan senyum di sudut bibirnya dan tertawa kecil.
Setelah berhasil
memotong sekeranjang sawi, Rena membawa keranjang sawi itu untuk diproses ke
tahap selanjutnya. Tiba-tiba Ariel menghadang Rena
“Biar aku yang bawa!
Good job!” Ariel menyemangati Rena.
Sampai di tahap
selanjutnya, Rena membantu seorang bibi pekerja untuk mencampur bumbu-bumbu
asinan dan sedikit meremas sayuran dan bumbu asinan dengan tangan agar rasanya
menyerap. Asinan itu siap difermentasi.
Usai menyelesaikan
pekerjaannya, Ariel mengajak Rena pergi ke saung belakang home industry neneknya. Ia membawakan semanguk asinan sawi untuk
Rena
“Nih! Coba cicipi”
Ariel menyuruh Rena untuk mencicipi semangkuk asinan sawi tersebut.
“Uhuk uhuk..!!” Rena
memuntahkan makanannya.
“Kenapa kenapa?
Bagaimana rasanya?” Tanya Ariel khawatir.
“Seperti Grim Reaper
yang jatuh cinta!”
“Hah?”
“Pedas, asam, asin,
tapi manis...”
“Lalu, Grim Reaper?
“Karna aku memakannya
bersamamu”
“Kau anggap aku Grim
Reaper? Hah? Aku tak seburuk itu. Lihat wajahku yang tampan ini” Ariel
memperlihatkan wajahnya yang tampan sambil menepuk pipinya pelan
“Ewh”
Rena meninggalkan Ariel
dan beranjak pergi. Namun sayangnya dia tersandung sebuat bongkahan batu yang
berukuran sedang dan terjatuh. Untuk kedua kalinya , Ariel berhasil menangkap
Rena yang hampir terjatuh.
“Dia.. selalu
menangkapku saat aku terjatuh” Rena menatap Ariel dalam.
Malamnya, Ariel dan
Rena berjalan-jalan mengelilingi desa. Pemandangan desa saat malam hari sangat
indah. Desa yang berada di dataran tinggi itu menyuguhkan pemandangan yang luar biasa. Desa itu sangat sempurna,
selain sejuk karena berada di kaki gunung dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan,
desa itu juga menyuguhkan pemandangan
yang luar biasa diantaranya laut yang sangat biru yang berada di kota
dan gemerlap cahay lampu kota.
“Suatu saat aku akan
membawamu kesana!” sambil menunjuk ke arah kota dan laut biru
“Benarkah? Aku akan
merasa bergairah!” sahut Rena senang.
Puas melihat
pemandangan sekeliling desa, Ariel menyuruh Rena pulang. Di tengah perjalanan,
Mereka bertemu dengan segerombolan pemuda yang sedang memukuli seorang lelaki
sebaya mereka. Melihat lelaki yang terus dipukuli, Rena langsung menghampirinya
“Hentikan!” Rena
berteriak
“Kau siapa?
Berani-beraninya!!” Salah satu dari gerombolan pemuda itu hendak menghajar Rena
SLUUUPP!!! Lelaki yang
memar karena dipukuli itu menangkis tangan lelaki yang hendak memukul Rena
“Lawan aku!” Sahut
lelaki memar itu
Melihat Rena dan sang
lelaki dalam bahaya, Ariel tak tinggal diam. Ia melindungi Rean dan lelaki itu
dengan segenap kekuatan dan ilmu beladirinya. Segerombolan lelaki jahat itu
lumpuh dan mereka bertiga kabur. Ternyata segerombolan pria jahat itu berhasil
mengejar ketiganya dan ketiganya memutuskan untuk berpencar.
Rena terus dikejar
segerombolan lelaki jahat hingga Ia tersesat. Ia tak tahu jalan dan dia
bersembunyi disudut rumah seseorang. Ketika Rena bersembunyi, Dari belakang ada
seseorang yang menangkap Rena dan menutup mulut Rena yang mengisyaratkan Rena
untuk tidak berteriak dan membawanya masuk ke dalam rumah lalu menyudutkan dan mengunci tubuh Rena dengan kedua
tangannya dibalik pintu
“Ssstt” kata pria itu
“Kau selalu aman
bersamaku” Pria yang tadinya menunduk langsung menatap Rena
“Kau..benar-benar Grim
Reaper..” gumam Rena dalam hati yang menyadari bahwa lelaki yang menguncinya
adalah Ariel.
“Ya!” Seseorang
mengejutkan keduanya dari dalam rumah
“Kalian akan aman
disini untuk sementara waktu” Sahut lelaki itu untuk kedua kalinya.
Ternyata lelaki itu
adalah lelaki yang tadi dipukuli oleh segerombolan lelaki jahat, dan rumah yang
ditempati ketiganya adalah rumah lelaki tersebut.
“Aku, Sammy” laki-laki
itu memperkenalkan dirinya
Ariel langsung
membalikkan tubuhnya ke arah Sammy
“Jadi itu kau? Kau yang
dipukuli Yuki dan kawan-kawannya? Aissshh kesalahan besar aku menolongmu!”
Gerutu Ariel
“Dengan berat hati juga
aku meminta maaf dan berterima kasih padamu. Tapi aku lebih berterima kasih
pada wanita itu. Siapa namamu?” Sammy berbicara pada Rena
“Ayo lebih baik kita
pulang, aku yakin, keadaan sudah aman.” Belum sempat Rena menjawab pertanyaan
Sammy, Ariel mengajaknya dan menyeretnya pulang.
“Namaku... Rena!!” Rena
berteriak menyebut namanya sambil tangannya digandeng Ariel agar segera pulang