Jumat, 25 Desember 2015

GRIM REAPER AND BUBBLE GUM Eps.2 [Asinan? Rasanya Seperti Cinta!]



Ariel dan Rena tertidur pulas. Sementara neneknya bersiap-siap untuk pergi ke kebun sayuran miliknya untuk memanen beberapa sayuran yang sudah matang dan dijadikan asinan. Nenek Rena adalah pemilik kebun sayuran serta beberapa ladang sekaligus pemilik industri rumahan asinan yang mempekerjakan warga-warga di desanya.

Waktu menunjukan pukul 7 dan cuaca sangat mendung. Maklum akhir tahun merupakan musim liburan sekaligus musim penghujan sehingga suhu di desa itupun sangat dingin. Rena terbangun karena mendengar suara berisik yang berasal dari luar jendelanya. Suara itu adalah suara pegawai-pegawai nenek yang sedang mengolah sayuran-sayuran serta buah-buahan untuk dijadikan asinan. Industri rumahan kecil-kecilan tersebut terletak di sebelah rumah nenek.

Rena beranjak bangun dari kasurnya dan segera mandi. Ia mendapati bahwa tak ada sesorang pun di rumahnya karena Ariel dan nenek sudah berada di home industry milik nenek. Rena segera keluar rumah dan ingin membantu pekerjaan nenek. Namun Ia tak tahu apa yang harus Ia bantu.

Melihat Rena yang kebingungan, Ariel menarik tangan Rena dan mengarahkan sebilah pisau tajam tepat di depan wajah Rena.

“Aaaa !! Kau lagi! Kau memang menyeramkan seperti Grim Reaper” Amuk Rena sambil memukul dada Ariel

“Bantu kami cepat! Sini! Kau duduk disini lalu potong sawi ini lalu berikan pada bibi yang disebelah sana” Perintah Ariel

Bukannya memotong sawi dengan baik, Rena malah mencacah-cacah kubisnya. Melihat hal itu sontak saja membuat Ariel marah.

“Ya!! Bukan seperti itu caranya! Kau akan merugikan kami!” Ariel membungkukan badannya dan melingkarkan lengannya di samping tubuh Rena lalu mengajarkan cara memotong sawi yang benar.

Melihat hal itu, kali ini Rena yang merasa gugup. Iya hanya tercengang bengong diam tak berkutik. Ia merasa bodoh namun pipinya sedikit memerah. Dia langsung menyadari hal itu.

“Yayaya!! Sekarang aku mengerti. Kau bisa menyerahkan semuanya padaku. Aku.. akan membuatmu percaya,Grim Reaper!” Tutur Rena menyudahi situasi itu sambil mengepalkan tangannya tanda Ia bersemangat.

Ariel meninggalkan Rena dengan menyunggingkan senyum di sudut bibirnya dan tertawa kecil.
Setelah berhasil memotong sekeranjang sawi, Rena membawa keranjang sawi itu untuk diproses ke tahap selanjutnya. Tiba-tiba Ariel menghadang Rena

“Biar aku yang bawa! Good job!” Ariel menyemangati Rena.

Sampai di tahap selanjutnya, Rena membantu seorang bibi pekerja untuk mencampur bumbu-bumbu asinan dan sedikit meremas sayuran dan bumbu asinan dengan tangan agar rasanya menyerap. Asinan itu siap difermentasi.

Usai menyelesaikan pekerjaannya, Ariel mengajak Rena pergi ke saung belakang home industry neneknya. Ia membawakan semanguk asinan sawi untuk Rena

“Nih! Coba cicipi” Ariel menyuruh Rena untuk mencicipi semangkuk asinan sawi tersebut.

“Uhuk uhuk..!!” Rena memuntahkan makanannya.

“Kenapa kenapa? Bagaimana rasanya?” Tanya Ariel khawatir.

“Seperti Grim Reaper yang jatuh cinta!”

“Hah?”

“Pedas, asam, asin, tapi manis...”

“Lalu, Grim Reaper?

“Karna aku memakannya bersamamu”

“Kau anggap aku Grim Reaper? Hah? Aku tak seburuk itu. Lihat wajahku yang tampan ini” Ariel memperlihatkan wajahnya yang tampan sambil menepuk pipinya pelan

“Ewh”

Rena meninggalkan Ariel dan beranjak pergi. Namun sayangnya dia tersandung sebuat bongkahan batu yang berukuran sedang dan terjatuh. Untuk kedua kalinya , Ariel berhasil menangkap Rena yang hampir terjatuh.

“Dia.. selalu menangkapku saat aku terjatuh” Rena menatap Ariel dalam.

Malamnya, Ariel dan Rena berjalan-jalan mengelilingi desa. Pemandangan desa saat malam hari sangat indah. Desa yang berada di dataran tinggi itu menyuguhkan pemandangan  yang luar biasa. Desa itu sangat sempurna, selain sejuk karena berada di kaki gunung dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan, desa itu juga menyuguhkan pemandangan  yang luar biasa diantaranya laut yang sangat biru yang berada di kota dan gemerlap cahay lampu kota.


“Suatu saat aku akan membawamu kesana!” sambil menunjuk ke arah kota dan laut biru

“Benarkah? Aku akan merasa bergairah!” sahut Rena senang.

Puas melihat pemandangan sekeliling desa, Ariel menyuruh Rena pulang. Di tengah perjalanan, Mereka bertemu dengan segerombolan pemuda yang sedang memukuli seorang lelaki sebaya mereka. Melihat lelaki yang terus dipukuli, Rena langsung menghampirinya

“Hentikan!” Rena berteriak

“Kau siapa? Berani-beraninya!!” Salah satu dari gerombolan pemuda itu hendak menghajar Rena

SLUUUPP!!! Lelaki yang memar karena dipukuli itu menangkis tangan lelaki yang hendak memukul Rena

“Lawan aku!” Sahut lelaki memar itu

Melihat Rena dan sang lelaki dalam bahaya, Ariel tak tinggal diam. Ia melindungi Rean dan lelaki itu dengan segenap kekuatan dan ilmu beladirinya. Segerombolan lelaki jahat itu lumpuh dan mereka bertiga kabur. Ternyata segerombolan pria jahat itu berhasil mengejar ketiganya dan ketiganya memutuskan untuk berpencar.

Rena terus dikejar segerombolan lelaki jahat hingga Ia tersesat. Ia tak tahu jalan dan dia bersembunyi disudut rumah seseorang. Ketika Rena bersembunyi, Dari belakang ada seseorang yang menangkap Rena dan menutup mulut Rena yang mengisyaratkan Rena untuk tidak berteriak dan membawanya masuk ke dalam rumah lalu  menyudutkan dan mengunci tubuh Rena dengan kedua tangannya dibalik pintu

“Ssstt” kata pria itu

“Kau selalu aman bersamaku” Pria yang tadinya menunduk langsung menatap Rena

“Kau..benar-benar Grim Reaper..” gumam Rena dalam hati yang menyadari bahwa lelaki yang menguncinya adalah Ariel.

“Ya!” Seseorang mengejutkan keduanya dari dalam rumah

“Kalian akan aman disini untuk sementara waktu” Sahut lelaki itu untuk kedua kalinya.
Ternyata lelaki itu adalah lelaki yang tadi dipukuli oleh segerombolan lelaki jahat, dan rumah yang ditempati ketiganya adalah rumah lelaki tersebut.

“Aku, Sammy” laki-laki itu memperkenalkan dirinya

Ariel langsung membalikkan tubuhnya ke arah Sammy

“Jadi itu kau? Kau yang dipukuli Yuki dan kawan-kawannya? Aissshh kesalahan besar aku menolongmu!” Gerutu Ariel

“Dengan berat hati juga aku meminta maaf dan berterima kasih padamu. Tapi aku lebih berterima kasih pada wanita itu. Siapa namamu?” Sammy berbicara pada Rena

“Ayo lebih baik kita pulang, aku yakin, keadaan sudah aman.” Belum sempat Rena menjawab pertanyaan Sammy, Ariel mengajaknya dan menyeretnya pulang.

“Namaku... Rena!!” Rena berteriak menyebut namanya sambil tangannya digandeng Ariel agar segera pulang


GRIM REAPER AND BUBBLE GUM Eps. 1 [Meet and Greet]



Rena datang ke desa neneknya seorang diri dengan menggunakan bus antar kota yang ditumpanginya. Sayangnya setibanya di halte, malam itu hujan deras mengguyur pedesanan yang terletak dipinggir kota tersebut. Ditengah guyuran hujan, ia mencari alamat rumah neneknya. Maklum saja, sudah lama ia tak mengunjungi neneknya dan keadaan desa banyak mengalami perubahan.

Dulu, nenek Rena pernah mengatakan bahwa di desa itu ada sebuah mitos yang berkembang di masyarakat bahwa pendatang atau penduduk baru dilarang keras untuk keluar malam ketika hujan turun diatas jam 12. Rena ingat betul pesan yang disampaikan neneknya itu dan ia baru tersadar setelah melihat jam water resist yang melingkar di tangannya dan menunjukkan pukul 1 pagi.   

Tiba-tiba ada suara langkah kaki yang mengikuti Rena. Rena pun panik tapi Ia mencoba untuk tetap tenang sambil berlari kecil dan menatap kertas alamat rumah neneknya yang sudah basah. Rena tiba di pertigaan sebuah jalan dan ia menatap kaca sebuah toko yang memantulkan sesosok bayangan pria memakai jubah hitam serta kupluknya dan membawa tongkat yang mengikutinya dari kejauhan.

Grim Reaper!!! Mitos itu benar” Gumam Rena pelan.

Rena pun panik dan lari terbirit-birit dan tergopoh-gopoh karena memikul tas ransel yang berat di punggungnya. Sayangnya, ia tiba di jalan buntu.

“ Tuhan, perjalanan hidupku masih panjang, jangan sampai berakhir disini” Rena merintih

Rena mengambil sebilah kayu di sudut jalan itu dan memberanikan  diri untuk keluar dari gang buntu yang dijadikan tempat persembunyiannya itu.

“BRUGGG!!!” Rena memukul kepala Grim Reaper itu dan beranjak pergi

“Kau! Rena?” Tanya sang Grim Reaper sambil jatuh tersungkur ke tanah.

“Dia tahu namaku?Dia benar-benar Grim Reaper! Tapi.. Ahsudahlah”  Rena keheranan sambil mentap kaki sang Grim Reaper yang menapak di tanah

Saat di tengah perjalanan, Rena bertemu sesosok wanita tua berpayung ungu. Tena ykin bahwa wanita itu adalah orang baik lalu menghampirinya

“Rena?” Tanya wanita itu

“Kau?Nenek? Aaaa aku rindu padamu nek” Ternyata benar itu adalah nenek Rena. Rena yang basah kuyup memeluknya erat. 

“Ih! Bajumu basah, badanmu bau! Lagipula kenapa kamu panik begitu?” Tanya nenek heran

“ Nanti aku ceritakan. Daerah ini memang seram. Mitos yang nenek ceritakan padaku adalah nyata!” 
 jelas Rena pada neneknya sambil memperhatikan sekeliling desa yang mencekam.

“Omong kosong apa yang kau bicarakan? Sudah ayo pulang, aku tahu kau kedinginan” Bentak nenek sambil menjewer kuping cucunya.

Sesampainya di rumah, nenek memberikan teh hangat pada Rena lalu memasak air panas untuk keperluan mandi untuk Rena.Sambil menunggu air panasnya matang, Nenek menghapiri Rena yang duduk di ruang tamu.

“Kenapa wajahmu ketakutan seperti itu? Hah!” Tanya nenek

“Mitos tentang daerah ini yang pernah nenek ceritakan ternyata nyata! Benar terjadi!” jelas Rena

“Mitos? Mitos apa? Yang mana?” Tanya nenek semakin heran

“Kau pernah bilang bahwa pendatang atau penduduk baru dilarang keras untuk keluar malam ketika hujan turun diatas jam 12” Jelas Rena.

“Dasar anak bodoh! Itu hanya akal-akalanku saja. Karena, waktu kecil kau senang sekali bermain hujan-hujanan” Jelas nenek

“Tapi tadi aku bertemu dengan Grim Reaper, nek!” Jawab Rena ngotot.

“Grim Reaper?” nenek heran

“Iya! Dia memakai jubah hitam panjang serta kupluknya dan membawa sebilah tongkat setinggi pinggangnya” Jelas Rena.

“Ariel!” Nenek teringat akan seseorang

 “Maksudnya?”

“Dia Ariel! Pemuda yang nenek suruh untuk menjemputmu di halte! Anak ini.. kau benar-benar...” belum sempat nenek menjewer kuping cucunya, Rena beranjak pergi dan meraih payung yang ada di teras rumah.

“Tenang! Aku akan menjemputnya!”

“Yaaaa!!! Hati-hati” sahut nenek

Hujan masih mengguyur desa itu. Sesampainya di gang buntu, Rena langsung melempar payungnya dan menghampiri Ariel dan mendapati ariel yang tersungkur di tanah menggunakan jas hujan berwarna hitam dan payung hitam besar.

“Grim Reaper! Bangunlah ! maafkan aku!” Rena menyadarkan Ariel yang yang tergeletak tak 
berdaya di jalan dengan menepuk-nepuk pipinya.

“Kumohon bangunlah! Jika kau hidup, aku akan memenuhi permintaanmu!” Pinta Rena

“Benarkah?” Ariel langsung terperanjat bangun dan duduk.

“Ya!! Kau berpura-pura pingsan?” tanya Rena geram

“Pingsanku pura-pura tapi sakitnya sungguhan, bodoh! Kau berhutang padaku” Amuk Ariel pada rena.

Tanpa menghiraukan Ariel, Rena pun langsung berdiri dan mengulurkan tangannya.

“Ayo bangun!” ajak Rena

Tanpa berpikir panjang, Ariel meraih tangan Rena. Namun karena keadaan Ariel yang lemah, Rena tak kuat menahan badan Ariel hingga akhirnya Rena yang jatuh tersungkur. Kepalanya hampir mengenai jalan namun beruntung, dengan sigap Ariel mengulurkan lengannya agar menjadi bantalan untuk kepala Rena agar tak terbentur.

“Kau berhutang lagi!” ejek Ariel pada Rena

“Ah ayo pulang! Kita kompres lukamu di rumah nenek” Rena langsung berdiri disusul Ariel yang jalannya tertatih. Ariel segera mengambil payung hitam dan memungut payung ungu yang dilempar Rena disisi jalan.

Rena dan Ariel kini berada dalam satu payung, dan Ariel yang memegangi payungnya. Dengan keadaan seperti itu, jelas saja Ariel merasa gugup. Dia menghindar dari Rena sehingga Rena kebasahan dan mendekati Ariel dan payungnya. Lalu Ariel menghindar lagi dan Rena mendekatinya lagi, begitu terus yang mereka lakukan, awalnya Rena geram namun akhirnya mereka berdua tertawa cekikikan. Hingga akhirnya Rena meraih payung hitam di tangan Ariel yang tak terpakai. Kini mereka memegan payungnya masing masih. Rena menggunakan payung hitam dan Ariel menggunakan payung ungu yag dipungutnya di sisi jalan lalu mereka berjalan berdua menuju rumah nenek.

Sesampainya di rumah, nenek membantu Ariel untuk masuk dan membaringkannya di sofa ruang tamu. Nenek meminta Rena untuk mengambilkan air hangat dan kotak P3K untuk mengobati luka Ariel sementara Nenek mengambil selimut di kamarnya di lantai atas. Terlihat jelas bahwa Nenek sangat menyayangi Ariel dan khawatir dengan apa yang terjadi pada Ariel.

Tiba-tiba Ariel merasa ingin buang air kecil dan segera ke toilet. Setelah keluar dari toilet, Ariel mendapati Rena sedang mengambil kotak P3K yang terletak di lemari parabotan dapur bagian atas. Entah mengapa Nenek menaruhnya disitu. Rena nampak kesulitan untuk meraihnya, kakinya sampai jinjit-jinjit karena kotak P3K itu letaknya begitu tinggi.

Saat Rena melompat-lompat dan berusaha untuk mengambil kotak itu. Tiba-tiba dari belakang ada sebuah tangan lewat disamping wajah Rena untuk mengambil kotak P3K dan membuat Rena terkejut hingga Ia berteriak dan membalikkan tubuhnya.

“Aaaaa!!” Rena terkejut

Kini wajah Rena dan wajah Ariel saling berhadapan. Situasi itu membuat Ariel semakin canggung, Ia tak pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya. Untuk sekejap mereka saling bertatap muka dan tanpa disadari tangan Ariel masih menyentuh bagian atas lemari parabot dapur. Sehingga kelihatannya Ariel sedang mengunci Rena.

Nenek yang baru turun dari tangga menyadari hal itu. Mereka berdua pun menyadari kehadiran nenek.

“Ini tidak seperti yang kau bayangkan,nek!” Tutur Ariel yang mencoba membuat nenek percaya.

“Memangnya apa yang sedang kupikirkan?” Nenek nampak tidak curiga sama sekali

“Kau seharusnya berbaring dulu di kursi, Ariel. Ah ya! Rena, lebih baik kau mandi sekarang. Air panasmu sudah matang dan sudah kupersiapkan dari tadi. Aku yang akan mengobati Ariel. Setelah itu Ariel yang mandi ” Perintah Nenek.

Rena segera pergi mandi. Disamping kiri kamar mandi ternyata ada sebuah kamar yang pintunya terbuka sedikit. Rena melihat keadaan sekelilingnya dan mencoba masuk dalam kamar.

“Ini kamar pria! Apa si Grim Reaper itu tinggal bersama nenek?” Gerutu Rena dalam hati lalu Ia segera pergi mandi.

Rena menyadari bahwa di dalam kamar mandi itu ada shower air panas, namun tidak berfungsi. Hal ini membuat Rena merasa sedikit kecewa.

Setelah selesai mandi, Rena bertanya pada neneknya. Kamar mana yang harus Ia tempati. Nenek menunjuk ke sebuah kamar disebelah kanan kamar mandi.

“Itu kan kamar nenek! Lalu yang itu kamar siapa?” Gerutu Rena kesal sambil menunjuk kamar yang disamping kiri kamar mandi

“Ssstt.. itu kamarnya” Ucap nenek sambil menaruh telunjuknya di bibir yang mengisyaratkan agar Rena memperkecil volume suaranya karena Ariel yang tertidur

“Lalu nenek akan tidur dimana?”

“Di kamar atas. Tempatnya lebih luas. Nenek tinggal sebentar yah, nenek akan memasak air panas dan membuat bubur hangat. Titip Ariel”

Rena duduk di sofa kecil sebelah Ariel. Rena merasa cemburu karena neneknya lebih peduli pada Ariel yang bukan siapa-siapa ketimbang dirinya, cucunya sendiri. Ia menggerutu kesal

“Kau siapasih sebenarnya?” Gerutu Rena pelan

“Grim Reaper-mu” Ternyata Ariel terbangun.

“Hua!!!” Rena melempar bantal sofa pada Ariel.

“Kau sudah menyakitiku berulang kali, dan kau melakukannya lagi. Aku akan menuntutmu” Hardik Ariel pada Rena.

“Aku cuma bercanda!”

“Rasa sakit ini tak sebercanda itu!!. Ouucchhh!! Lenganku sakit sekali!!! Oucchh!!” Ariel menyindir Rena dengan memegang lengannya yang kesakitan akibat menjadi bantalan kepala Rena.

Sssyyyuuuutt..!!! Rena duduk dibawa sofa Ariel dan meraih tangan Ariel untuk memijitnya secara perlahan dari mulai selangka,belikat,bahu, lengan atas, siku, lengan bawah, pergelangan tangan, punggung tangan, telapak tangan dan jari-jari tangan. Hingga akhirnya tangan mereka berdua bertautan satu sama lain. Rena menyadari ada luka dibagian telapak tangan Ariel dan segera membalutnya dengan perban. Wajar saja, dulunya Rena mengikuti ekstrakulikuler sejenis PMR saat ia SMP. Ariel yang tertidur membuka matanya sedikit dan menyadari Rena sedang merawat tangannya. Nenek yang sudah selesai memasak bubur menyuruh mereka untuk makan dan tidak mengizinkan Ariel untuk mandi karena cuacanya terlalu dingin dan Ia menyarankan agar Ariel ganti baju dulu. Setelah mereka makan bersama di meja makan yang selesai pukul 4 pagi nenek menyarankan mereka agar tidur dahulu agar energi mereka bangkit kembali.